Asteroid dan Sabuk Asteroid
Asteroid adalah benda berbatu yang lebih kecil dari planet, sebagian besar terletak di Sabuk Asteroid antara Mars dan Jupiter. Sabuk Asteroid diyakini merupakan sisa-sisa materi dari pembentukan Tata Surya yang tidak pernah bergabung menjadi planet. Asteroid memiliki berbagai ukuran, dari beberapa meter hingga ratusan kilometer. Beberapa asteroid memiliki satelit alami sendiri, dan beberapa bahkan memiliki potensi untuk mengandung air dan bahan organik.
Komet adalah benda es yang mengorbit Matahari dengan orbit yang sangat lonjong. Ketika komet mendekati Matahari, esnya menguap dan membentuk koma (atmosfer sementara) dan ekor yang khas. Ekor komet selalu menjauhi Matahari karena tekanan radiasi matahari dan angin matahari.
Satelit Alami (Bulan)
Satelit alami adalah benda langit yang mengorbit sebuah planet atau benda langit lainnya yang lebih besar. Bulan adalah contoh satelit alami Bumi. Satelit alami dapat memiliki berbagai ukuran dan komposisi, mulai dari bulan berbatu seperti Bulan kita hingga bulan es seperti beberapa satelit Jupiter dan Saturnus. Mereka memainkan peran penting dalam sistem planet, mempengaruhi pasang surut laut, menstabilkan rotasi planet, dan bahkan dapat memiliki atmosfer sendiri.
Asal Mula Terjadinya Alam Semesta, Galaksi, Tata Surya, dan Kita
Manusia berusaha mencari tahu asal mula dirinya dan segalanya sejak dulu. Penelitian sains telah mengungkapkan bahwa asal mula manusia bukan hanya dari Bumi, melainkan juga bintang-bintang dan alam semesta. Kisah asal mula kita merentang sampai awal waktu serta kelahiran ruang dan seluruh zat. Asal Mula menceritakan bagaimana terjadinya alam semsta, bintang-bintang, planet-planet, dan kehidupan berdasarkan temuan-temuan sains, yang menunjukan betapa megahnya kosmos dan bagaimana kedudukan kita di dalamnya.
Satelit Alami (Bulan)
Satelit alami adalah benda langit yang mengorbit sebuah planet atau benda langit lainnya yang lebih besar. Bulan adalah contoh satelit alami Bumi. Satelit alami dapat memiliki berbagai ukuran dan komposisi, mulai dari bulan berbatu seperti Bulan kita hingga bulan es seperti beberapa satelit Jupiter dan Saturnus. Mereka memainkan peran penting dalam sistem planet, mempengaruhi pasang surut laut, menstabilkan rotasi planet, dan bahkan dapat memiliki atmosfer sendiri.
Debu dan Gas Antarplanet
Debu dan gas antarplanet adalah partikel-partikel kecil dan molekul gas yang tersebar di seluruh Tata Surya. Debu ini berasal dari berbagai sumber, termasuk tabrakan asteroid, komet yang menguap, dan ejecta vulkanik dari bulan-bulan tertentu.
Tata surya terletak di galaksi Bima Sakti dan merupakan satu dari miliaran sistem planet dalam galaksi kita. Studi tentang tata surya membantu kita memahami asal-usul, evolusi, dan karakteristik benda langit yang mengitarinya, serta memberikan wawasan tentang kemungkinan kehidupan di luar Bumi.
Jupiter: Planet Terbesar di Tata Surya
Jupiter adalah planet terbesar dalam tata surya kita dan memiliki banyak karakteristik menarik yang membuatnya menjadi subjek penelitian dan pengamatan ilmiah yang intens. Jupiter adalah planet kelima dari matahari dan planet terbesar di tata surya. Diameter Jupiter sekitar 142.984 km, yang lebih dari 11 kali diameter Bumi. Massa Jupiter adalah 318 kali massa Bumi, menjadikannya planet dengan gravitasi terkuat di tata surya.
Planet ini terdiri dari hidrogen dan helium, mirip dengan komposisi matahari. Atmosfernya terdiri dari lapisan-lapisan awan tebal yang didominasi oleh hidrogen molekuler, helium, metana, amonia, dan air. Jupiter tidak memiliki permukaan padat. Bagian dalamnya terdiri dari inti padat yang dikelilingi oleh lapisan cairan hidrogen metalik.
Atmosfer Jupiter terkenal dengan pola cuaca yang sangat dinamis, termasuk badai yang berlangsung selama berabad-abad. Bintik Merah Besar adalah badai raksasa yang berdiameter sekitar dua kali diameter Bumi dan telah berlangsung setidaknya selama 400 tahun. Atmosfernya menunjukkan pola pita awan terang dan gelap yang dikenal sebagai zona dan sabuk, yang bergerak dalam arah yang berlawanan.
Jupiter memiliki lebih dari 79 satelit yang diketahui, dengan empat yang terbesar dikenal sebagai satelit Galilea: Io, Europa, Ganymede, dan Callisto. Io adalah satelit yang sangat aktif secara vulkanik. Europa diyakini memiliki lautan bawah permukaan yang mungkin mendukung kehidupan. Ganymede adalah satelit terbesar di tata surya, bahkan lebih besar dari planet Merkurius. Sementara Callisto adalah satelit yang sangat tua dan penuh dengan kawah.
Peran Jupiter dalam tata surya adalah gravitasinya yang kuat. Gravitasi Jupiter mempengaruhi orbit objek lain dalam tata surya dan berperan dalam membersihkan tata surya dari komet dan asteroid yang mungkin berbahaya bagi planet bagian dalam. Jupiter juga dianggap sebagai “penjaga” tata surya karena membantu melindungi Bumi dari potensi tumbukan.
Atmosfir dan Kondisi Iklim Planet Venus
Atmosfer Venus adalah yang paling padat di antara keempat planet batuan dan terdiri dari 96% karbon dioksida. Tekanan atmosfer di permukaan Venus adalah 92 kali lebih besar dari Bumi. Dengan suhu rata-rata permukaan mencapai 735 K (462 °C; 863 °F), Venus merupakan planet terpanas di Tata Surya.
Baca juga: Energi Terbarukan: Pengertian, Manfaat, dan Contoh
Planet ini tidak memiliki siklus karbon yang mengikat karbon dalam batuan dan tidak memiliki kehidupan organik yang bisa menyerap karbon dalam bentuk biomassa. Venus diselimuti oleh lapisan awan yang buram dan reflektif, terdiri dari asam sulfat, sehingga permukaannya tidak terlihat dari luar angkasa.
Berkenalan dengan Alam Semesta Tata Surya dan Benda Langit
Alam semesta, tata surya, dan dunia langit adalah suatu hal yang penuh dengan misteri dan fenomena yang sangat menakjubkan. Banyak sekali hal yang belum diketahui oleh para peneliti hingga saat ini. Tentu hal ini sangat menarik bagi anak, yang “haus” akan segala pengetahuan menakjubkan. Banyak manfaat dari berkenalan dengan alam sejak usia dini, seperti mengembangkan rasa ingin tahu, karena melihat variasi bentuk, suara, warna, makhluk, dan segala komponen alam yang berbeda-beda, sehingga memicu proses berpikir dan pencarian informasi. Dan meningkatkan kepercayaan diri, dengan memilih kegiatan yang mereka sukai, bereksplorasi secara mandiri, dan mengekspresikan diri melalui berbagai media yang tersedia di alam sekitar. Lewat buku ini, beragam fenomena alam, seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus, pelangi, serta banyak lainnya akan dikupas dengan jelas. Pun dari dunia tata surya dan langit, pengetahuan tentang meteor, planet, bulan, gerhana, serta banyak lainnya akan dijelaskan dengan sederhana namun tepat. Yuk, ajak buah hati kita mengenali alamnya lebih dekat!
Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita?
Pada tahun 2006, International Astronomical Union (IAU) membuat keputusan yang kontroversial untuk mendefinisikan ulang kata "planet", dan akibatnya, Pluto diturunkan statusnya menjadi planet kerdil.
Keputusan ini memicu perdebatan sengit di antara para ilmuwan dan publik, dan hingga saat ini, masih banyak yang mempertanyakan alasan di baliknya.
Artikel ini akan mengupas sejarah dan kontroversi seputar klasifikasi ulang Pluto. Kita akan menjelajahi definisi "planet" yang terus berkembang dan bagaimana Pluto tidak lagi memenuhi kriteria tersebut.
Kita juga akan melihat bagaimana penemuan baru di tata surya kita menantang pemahaman kita tentang planet dan mengaburkan garis antara planet dan objek lain.
Arti Sebuah Planet yang "Menyingkirkan" Pluto
Melansir Space.com, ata "planet" berasal dari bahasa Yunani "planetes" yang berarti "bintang yang mengembara".
Lima planet klasik - Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus - dapat dilihat dengan mata telanjang dan tampak bergerak melintasi langit dengan jalur yang berbeda dibandingkan bintang-bintang lain yang lebih jauh.
Setelah teleskop ditemukan, astronom menemukan dua planet baru, Uranus dan Neptunus, yang terlalu redup untuk dilihat dengan mata telanjang.
Ketika para astronom menemukan Ceres (sekarang dikategorikan sebagai planet kerdil), mereka awalnya memasukkannya sebagai "planet".
Namun, pandangan ini berubah seiring dengan pengukuran yang lebih akurat yang menunjukkan ukuran Ceres lebih kecil daripada planet lain yang diketahui saat itu.
Baca Juga: Cerita di Balik Pluto, Dewa Dunia Bawah Romawi Kini Jadi Nama Planet
Akhirnya, Ceres dikelompokkan ke dalam kelompok benda berbatu yang disebut "asteroid", yang kini jumlahnya ratusan ribu hanya di sabuk asteroid saja.
Pluto ditemukan dan diklasifikasikan sebagai planet pada tahun 1930.
Namun, orbit Pluto sangat elips, atau lonjong, sehingga selama 20 tahun dari periode orbitnya yang 248 tahun, Pluto justru lebih dekat ke Matahari dibandingkan Neptunus.
NASA/Johns Hopkins University Gambar Pluto diambil oleh New Horizons pada 14 Juli 2015, dari jarak 22.025 mil (35.445 kilometer). Pelajari mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita dan bagaimana definisi 'planet' terus berkembang.
NASA/Johns Hopkins University
Gambar Pluto diambil oleh New Horizons pada 14 Juli 2015, dari jarak 22.025 mil (35.445 kilometer). Pelajari mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita dan bagaimana definisi 'planet' terus berkembang.
Selain itu, orbit Pluto juga miring terhadap ekliptika, yaitu bidang tempat planet-planet lain di tata surya mengorbit.
Pada tahun 1992, para ilmuwan menemukan objek pertama di Sabuk Kuiper, yakni 1992 QB1, sebuah benda kecil yang mengorbit di sekitar Pluto dan melampaui orbit Neptunus.
Segera setelahnya, lebih banyak objek serupa ditemukan, membentuk sabuk objek beku yang kecil, mirip dengan sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter.
Meskipun Pluto tetap menjadi yang terbesar di wilayah ini, pada Juli 2005, para astronom menemukan Eris, yang pada awalnya diperkirakan lebih besar dari Pluto.
Penemuan tentang orbit Pluto inilah yang kemudian memicu perubahan klasifikasi Pluto.
Misi New Horizons dan Perdebatan Planet
Namun, keputusan IAU untuk menurunkan status Pluto tidak diterima semua pihak. "Saya malu dengan dunia astronomi," kata Alan Stern, pemimpin misi New Horizons NASA yang melintasi Pluto di tahun 2015, kepada Space.com. Ia menambahkan bahwa kurang dari 5 persen astronom dari 10.000 astronom di dunia yang berpartisipasi dalam pemungutan suara.
Baca Juga: Mengejutkan! Orbit Pluto Berbeda dengan yang Lain, Sangat Kacau!
Misi New Horizons menjadi titik balik yang signifikan dalam perdebatan planet. Pesawat ruang angkasa ini berhasil terbang mendekati Pluto dan mengungkapkan dunia yang jauh lebih dinamis daripada yang dibayangkan sebelumnya.
Gunung-gunung besar, kawah yang terhantam meteor, dan tanda-tanda aliran cairan di permukaan Pluto semuanya mengarah pada dunia yang mengalami perubahan geologi besar-besaran sejak terbentuk.
Berdasarkan hal ini saja, orang-orang seperti Stern berpendapat bahwa Pluto seharusnya dianggap sebagai planet karena merupakan tempat yang dinamis, bukan benda statis yang hanya permukaannya terganggu oleh mikrometeoroid.
Pemandangan Charon, bulan Pluto, juga menunjukkan tempat yang sangat aktif, termasuk topi merah di kutubnya yang tampak berubah penampilan seiring dengan perubahan musim yang lambat di tata surya bagian luar.
Selain itu, Pluto memiliki beberapa bulan, sementara dua planet yang sudah mapan, Merkurius dan Venus, tidak memiliki bulan. (Banyak asteroid dan planet kerdil juga memiliki bulan, yang semakin memperumit definisi planet.)
Pandangan tersebut diamini oleh banyak masyarakat umum. Pada tahun 2014, tak lama sebelum misi New Horizons melintasi Pluto, para ahli di Pusat Astrofisika Harvard & Smithsonian (CfA) di Cambridge, Massachusetts, memperdebatkan definisi planet yang berbeda.
Sejarawan sains Owen Gingerich, yang memimpin komite definisi planet IAU, menyatakan bahwa "planet adalah kata yang didefinisikan secara budaya dan berubah seiring waktu."
Namun, penonton yang menyaksikan debat CfA sebagian besar memilih definisi peserta lain - definisi yang akan mengembalikan Pluto ke dalam kelompok planet.
Skema klasifikasi alternatif terus bermunculan. Sebuah proposal di tahun 2017 mendefinisikan planet sebagai "objek bulat di luar angkasa yang lebih kecil dari bintang."
Ini akan membuat Pluto menjadi planet lagi, tetapi juga akan memasukkan Bulan milik Bumi dan banyak bulan lainnya di tata surya, sehingga jumlah total planet yang diakui secara resmi menjadi 110.
Setahun kemudian, Stern, bersama dengan ilmuwan planet David Grinspoon, menulis artikel opini di The Washington Post yang berpendapat bahwa definisi IAU dibuat terburu-buru dan cacat serta para astronom harus mempertimbangkan kembali definisi tersebut.
Baca Juga: Tak Hanya Dingin dan Mati, Tapi Pluto Juga Memiliki Lanskap yang Unik
Akankah Pluto Menjadi Planet Lagi?
Permohonan tersebut sejauh ini belum dihiraukan, dan tampaknya IAU tidak akan membahas kembali kontroversi ini dalam waktu dekat. Ahli astrofisika Ethan Siegel menanggapi Stern dan Grinspoon di Forbes dengan menulis: "Fakta sederhana adalah bahwa Pluto salah diklasifikasikan ketika pertama kali ditemukan; itu tidak pernah setara dengan delapan planet lainnya."
Mike Brown turut angkat bicara. "Jadi, Pluto tetap bukan planet. Sebenarnya, tidak pernah demikian. Kita hanya salah paham selama 50 tahun. Sekarang, kita tahu lebih baik. Rasa nostalgia terhadap Pluto bukanlah argumen yang tepat untuk mengembalikan statusnya sebagai planet, dan itulah yang ada saat ini. Mari kita hadapi kenyataan," tulis Brown di Twitter, di mana ia menggunakan nama pengguna @plutokiller untuk menunjukkan perannya dalam perubahan definisi Pluto.
Meskipun Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet, ia tetap menjadi objek yang menarik dan penuh misteri di tata surya kita.
Penemuan New Horizons pada tahun 2015 telah memberi kita wawasan baru tentang Pluto dan bulan-bulannya, dan penelitian yang sedang berlangsung terus mengungkap lebih banyak tentang dunia yang jauh ini.
Klasifikasi ulang Pluto mungkin memicu kontroversi, tetapi ini juga merupakan pengingat bahwa sains adalah proses yang dinamis dan terus berkembang.
Seiring dengan semakin banyaknya pengetahuan yang kita peroleh tentang alam semesta, definisi dan pemahaman kita tentang planet mungkin perlu diubah lagi.
Pada akhirnya, pertanyaan "mengapa Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita?" adalah pertanyaan yang mencerminkan sifat penemuan ilmiah dan mendorong kita untuk terus menjelajahi dan mempelajari alam semesta yang menakjubkan di sekitar kita.
Kehidupan Para Helot, Budak Bangsa Sparta pada Zaman Yunani Kuno
Ứng dụng Hệ mặt trời hành tinh 3D chứa tài liệu học tập về Hệ mặt trời bắt đầu từ Mặt trời, Hành tinh, Vệ tinh và cả các Thiên thể. Ứng dụng này được trình bày dưới dạng hấp dẫn với hình ảnh 3D. Ngoài ra, còn có các mô phỏng về sự sắp xếp và chuyển động của các hành tinh trong hệ mặt trời. Vì vậy mà nó thú vị và dễ hiểu hơn
Lần cập nhật gần đây nhất
Aplikasi Planet Tata Surya 3D berisi materi belajar mengenal Tata Surya mulai dari Matahari, Planet, Satelit, dan juga Benda Langit. Aplikasi disajikan dalam tampilan yang menarik dengan visualisasi 3 Dimensi. Selain itu terdapat simulasi susunan dan pergerakan planet dalam tata surya. Sehingga lebih menarik dan mudah dipahami
Planet Venus adalah planet terpanas di tata surya dan planet kedua yang paling dekat dengan Matahari setelah Merkurius. Planet ini mengorbit Matahari selama 224,7 hari Bumi. Venus tidak memiliki satelit alami dan dinamai menurut dewi cinta dan kecantikan dalam mitologi Romawi.
Setelah Bulan, planet ini adalah objek alami yang paling terang di langit malam, dengan magnitudo tampak sebesar −4,6 yang cukup terang untuk menghasilkan bayangan. Venus adalah planet inferior dengan sudut elongasi yang mencapai 47,8°. Kecerahan maksimum planet ini dapat dilihat segera sebelum matahari terbit atau setelah matahari terbenam, sehingga disebut Bintang Fajar atau Bintang Senja.
Asteroid dan Sabuk Asteroid
Asteroid adalah benda berbatu yang lebih kecil dari planet, sebagian besar terletak di Sabuk Asteroid antara Mars dan Jupiter. Sabuk Asteroid diyakini merupakan sisa-sisa materi dari pembentukan Tata Surya yang tidak pernah bergabung menjadi planet. Asteroid memiliki berbagai ukuran, dari beberapa meter hingga ratusan kilometer. Beberapa asteroid memiliki satelit alami sendiri, dan beberapa bahkan memiliki potensi untuk mengandung air dan bahan organik.
Komet adalah benda es yang mengorbit Matahari dengan orbit yang sangat lonjong. Ketika komet mendekati Matahari, esnya menguap dan membentuk koma (atmosfer sementara) dan ekor yang khas. Ekor komet selalu menjauhi Matahari karena tekanan radiasi matahari dan angin matahari.